PRAKMATISME; MENYELAM SAMBIL MINUM AIR

0 komentar

El-hezhna

“Sebuah renungan antisipatif terhadap dunia dengan segala isinya yang menggelayuti jiwa, dalam satu tindakan seribu pemikiran, mengubur kesamaran sebelum nyata, meskipun baunya akan tercium jua”


Pada perinsipnya manusia terbangun atas duan unsur yang mendasari segala usaha dan tindak tanduknya, yaitu; nurani dan nafsu. Secara esensial Allah SWT menginformasikan dalam Al-quran, “fa al hamaha fujuraha wa taqwa” artinya: allah SWT membekali manusia dengan kecendrungan kapada keburukan dan kebaikan. Unsure domonan dari kedua yang dibekali oleh Allah SWT itulah nantinya yang akan mempengaruhi sepak terjang dan warna kehidupan sesorang dari segala dimensi dan kemasannya.
Fikiran dibalik fikiran yang diinformasikan Allah swt di dalam al-quran ini, secara esensial adalah sebuah antisipasi dari perangkap prakmatisme, saat ketika dihadapkan pada sebuah goncangan kehidupan dengan segala macam warna dan arenanya yang sangat kontaminatif. Allah SWT sebenarnya ingin agar kita berhati-hati di dalam subhat kontaminasi pertarungan antara kehendak nafsu dan nurani, agar mampu bertahan ditengah badai subhat pertarungan “al-fujur wa taqwa” dalam kehidupan kita. Betapa Allah SWT sangat mewanti-wantikan itu, sehingga menggandeng kata al-fujur (kejelekan) dengan kata at-takwa yang mengandung makna sangat dalam yaitu; takut yang hanya kepada Allah SWT. Disinilah pentingnya untuk sampai kepada akar pemahaman yang konprehensif utuk mewujudkan kematangan tarbawi yang di cita-citakan, sebagai prisai diri dari kegala godaan kepentingan yang menyala kobarkan nafsu sehingga menelungkupkan nurani.
Prakmatis adalah sebuah keniscayaan karena tidak ada satupun hal yang tercipta dalam ruang yang hampa, semua berangkat dari latar belakang dan tujuannya, seperti orang yang makan karena lapar, minum karena haus. akan tetapi alangkah hinanya bila karena kepentingan semu menggadaikan kometmen diri, lalu membias lepas kendali, hingga begitu tega mengorbankan orang lain, dengan menjadikannya sebagai aset dalam pandangan degil proyektif prakmatis, karena telah dibutakan oleh tuntutan-tuntutan kepentingannya, walaupun kemudian memberi sedikit keuntungan bagi yang dilibatkan, sementara dengan polosnya orang yang dilibatkan (dikorbankan) itu barsenandung lirih dalam ketidak berdayaannya, “dari pada.. kan lebih baik..!”. secara sederhana begitulah cara kerja politk prakmatis; “siapa yang mememfaatkan siapa”, Kata para penganutnya, dengan bangga.
Banyak hal yang telah atau sedang dilakukan tampa disadari sepenuhnya karena tidak difahami denga benar dan baik, semakin jauh semakin melenakan semakin menina bobokan, itulah surgenya perakmatisme dalam arena politik yang sedang dinikmati, dan itu pulalah ancamannya, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi labih jauh berbahaya lagi mengancam eksistensi afiliasi dan karismatik sebuah organisasinya. Yang ditakuti sebenarnya adalah apa yang telah Rasulullah SAW memprediksikan ”akan datang suatu hari dimana ummatku ini seperti buih di lautan, terombang ambing arah mata angin, sahabat bertanya; apakah ketika itu jumlah kami sedikit wahai Rasul?, tidak, kata Rasul. bahkan jumlah kalian saat itu jauh lebih banyak dari yang sekarang ada, akan tetapi kalian tidak lagi punya izzah..”. itu akan sangat mungkin terjadi dan berlaku dalam jama’ah ini, ketika secara personal ditunggangi oleh kepentinga-kepentingan politiknya masing-masing walaupun tidak sepenuhnya, tetapi dampaknya akan berlaku jeneral hingga ke akar-akarnya. Akan terjadi perpecahan, kecemburuan sosial Karena tidak adanya transfaransi sepenuh hati, lalu pertanyaannya, apa yang kita fahami dengan kata “ibadah” yang oleh Allah dan Rasul-Nya sangat dianjurkan untuk dilakukan sepenuh hati, bukankah kita selalu memproklamirkan bahwa “inna sholati wanusuki wamahyaya wamamati lillahi Rabbil ‘alamien”.
Ikhwah fillah, kepadaku sepenuhnya dan kepada yang sudi intropeksi, aku sematkan wasiat ini jauh kedasar hati, bahwa; “bergembiralah kalian dan berharaplah kalianpada sesuatu yang menyenangkan kalian. demi Allah aku tidak mengkhawatirkan kemiskinan menimpa kalian, tetatapi yang aku khawatirkan terhadap kalian adalah bila dunia dibentangkan kepada kalian seperti yang dibentangkan kepada ummat sebelum kalia, lalu kalian berebut seperti mereka dulu berebut sehingga kalian binasa seperti merka dulu binasa.”(qitab sunan Ibnu Majah HD No 3997,3987). Allahua’lam Bissawaf.

[...]